Presentasi Untuk Para ‘Mami’? | dr. Natasya Ayu Andamari, SpA.

T&DON ngobrol bareng dr. Natasya Ayu Andamari, SpA. soal pengalaman uniknya presentasi di depan ibu-ibu. Sebagai Konselor Laktasi dan Certified Infant Massage Instructor, dr. Tasya sering berbagi ilmu soal kesehatan bayi, menyusui, dan pijat bayi. Dari awalnya takut di-judge sok tahu karena belum ngalamin langsung jadi ibu, sampai akhirnya bisa menciptakan ruang diskusi yang lebih terbuka dan bikin audiensnya lebih engaged.


T& (T&DON): "Gimana rasanya pertama kali presentasi di depan para ibu? Deg-degan nggak?"

dr. Tasya: "Pertama kali presentasi di depan ibu-ibu justru dimulai dari sebelum aku jadi ibu. Khawatir dan takut kalau akan di-judge sok tahu pasti ada banget karena aku belum mengalami apa yang mereka alami."

T&: "Terus, gimana cara kamu ngatasin itu?"

dr. T: "Balik lagi ke niat aku; untuk berbagi berdasarkan ilmu yang aku punya dengan tujuan kita bisa maju dan berkembang sama-sama. Dan semoga aku bisa jadi perpanjangan tangan Tuhan untuk membantu masalah mereka."

 

T&: "Any tips biar materinya tetap informatif tapi nggak terlalu berat untuk para ibu?"

dr. T: "Aku selalu berusaha untuk menempatkan diri di posisi audiens dan menggunakan bahasa sehari-hari se-simple mungkin dengan harapan bisa mereka cerna dengan baik. Kalau dirasa udah terlalu berat, nggak jarang aku selipin kuis atau games buat mencairkan suasana."

CONVERSATIONAL APPROACH: Menyesuaikan bahasa dan delivery dengan pendekatan kayak ‘ngobrol’ biar audiens bisa menerima materi dengan lebih nyaman.

 

Suasana Presentasi. Photo by: dr. Natasya Ayu Andamari, SpA.

 

T&: "Perbedaan pandangan sama para ibu pasti akan terjadi mengingat apa yang dilalui pun pasti berbeda, gimana cara respon yang biasa dilakukan?"

dr. T: “Aku berpendapat bahwa orangtua adalah dokter terbaik untuk anaknya masing-masing. Mereka yang paling tahu tentang kondisi anaknya. Kalau ada perbedaan pendapat, aku nggak pernah judge siapa yang benar atau salah. Justru itu menjadi masukan buat aku, untuk melihat dari sisi pandangan yang berbeda.”

LISTENING AND EMPATHY: Dengan mendengarkan tanpa menghakimi, dr. Tasya bisa menciptakan safe space diskusi yang lebih terbuka dan inklusif.

Suasana Presentasi. Photo by: dr. Natasya Ayu Andamari, SpA.

 

T&: "Ada nggak momen di mana kamu ngerasa presentasi kamu bener-bener connect sama audiens?"

dr. T: “Pernah banget. Jujur momen-momen kayak gini yang bikin aku semangat untuk berbagi lebih banyak lagi. Biasanya karena apa yang aku presentasikan memang sedang menjadi permasalahan atau kegalauan ibu-ibu.”

 

“Selama ini mungkin aku belajar teori 1+1 = 2, tapi dari ibu-ibu ini, aku banyak belajar bahwa akan banyak jawaban lain dari suatu hal.”

- dr. Natasya Ayu Andamari

 

T&: "Apa insight paling berkesan yang kamu dapet dari presentasi ke ibu-ibu?"

dr. T: “Selama ini mungkin aku belajar teori 1+1 = 2, tapi dari ibu-ibu ini, aku banyak belajar bahwa akan banyak jawaban lain dari suatu hal. Jawaban yang ternyata nggak salah dan bisa dipahami, tanpa merusak atau melenceng dari tujuan akhirnya.”


Dari awalnya takut di-judge sampai akhirnya bisa connect sama audiens, dr. Tasya belajar bahwa niat tulus lebih kuat dari rasa takut. Dengan pendekatan yang santai, pakai bahasa sehari-hari, dan bikin ruang diskusi yang nyaman, presentasi jadi ajang saling belajar, bukan sekadar mengajar.


Artikel ini adalah bagian dari seri wawancara eksklusif T&DON dengan para profesional yang berhasil meng-overcome berbagai tantangan dalam presentasi besar mereka.

Previous
Previous

Presentasiin Jamu di Forum Global? | Intan Ramaningtyas

Next
Next

Presentasiin Grafis Nusantara di Bolzano? | Claudia Novreica